PERAIRAN MALUKU Dalam Jalur Pelayaran dan Jaringan Perdagangan Internasional Masa Lampau dan Kini
05.41Antique Map Blaeu Moluccas HR 1630 |
Para ahli telah banyak mengemukakan beberapa hal tentang posisi strategis wilayah Kepulauan Maluku yakni: (1) dari segi zoogeografi merupakan wilayah transisi antara dua lini fauna yakni Wallacea dan Weber (2) dari segi geolinguistik dianggap sebagai bagian dari tanah asal suku-suku bangsa pemakai bahasa-bahasa Austronesia (3) segi geokultural merupakan lintasan strategis migrasi-migrasi manusia dan budaya dari Asia Tenggara ke wilayah Melanesia dan Mikronesia, Oceania dan ke arah timur yang diikuti oleh perkembangan budaya wilayah timur sejak ribuan tahun lalu (4) dari segi ekonomi merupakan wilayah penghasil rempah-rempah paling utama, yang antara lain menyebabkan wilayah tersebut menjadi ajang potensial pertarungan kepentingan hegemoni ekonomi, dan akhirnya bermuara pada pertarungan politik dan militer. Mengingat posisi yang startegis itu, tidak mengherankan jika sejak masa lampau yang dimulai pada masa prasejarah, Maluku telah menjadi titik strategis yang selalu menjadi lokasi tujuan dari kelompok-kelompok manusia dari berbagai belahan dunia.
Pusat-pusat niaga di Maluku merupakan salah satu jaringan perdagangan inter regional yang menghubungkan dengan wilayah pelabuhan lainnya di wilayah Pulau Jawa, Sulawesi, hingga Sumatra, Kalimantan dan Papua bahkan ke bagian Tenggara Asia (Kepulauan Maluku sebagai pusat produksi rempah-rempah terutama cengkeh dan pala pada masanya menjadi tujuan utama pedagang-pedagang Arab dan Cina).
Sejak berabad-abad yang lalu daerah ini telah terkenal sebagai surga rempah-rempah. Akibatnya hampir seluruh negara dari berbagai belahan dunia berjejal menduduki kepulauan Maluku. Hal ini kemudian semakin ramai, ketika pedagang Eropa seperti Portugis, Belanda juga Spanyol turut meramaikan perdagangan di Maluku.
Pelayaran Dan Perdagangan Internasional Masa Prasejarah
Jejak–jejak pelayaran kuno dapat ditelisik melalui berbagai bentuk visualisasi perahu baik pada seni lukis yang diterakan pada dinding cadas yang menjulang persis di bibir pantai maupun pada bentuk visualisasi dan media lainnya. Pada setiap situs lukisan cadas (Rock Art) yang tersebar di wilayah Kepulauan Maluku, yakni Teluk Saleman, Teluk Sawai, Pantai Ohoidertawun, Wamkana Buru Selatan, akan ditemui bentuk lukisan perahu.
Visualisasi perahu ini membuktikan bahwa sejak masa prasejarah telah ada aktifitas pelayaran yang menggunakan jalur perairan Maluku, bahkan kemungkinan pula telah ada kegiatan perdagangan pada masa itu.
Pada masa berikutnya, tepatnya pada zaman perundagian, di wilayah Maluku yakni di Kepulauan Gorom dan Wilayah Kei ditemukan sejumlah Nekara, yang merupakan komoditi niaga pada masa itu. Nekara, dianggap sebagai barang mewah pada masa pertama kali manusia mengenal pembuatan barang dari bahan logam.
Selain itu jika dilihat dari perbandingan motif hias nekara dengan lukisan cadas, diperkirakan kedua budaya tersebut beberapa diantaranya berlangsung pada kronologi yang sama. Sebagai contoh dapat disebutkan, motif hias perahu dapat dijumpai di semua lukisan cadas di wilayah Sulawesi Selatan, Muna, Timor-Timur, Seram (Maluku), Flores, Lomblen dan Irian. Motif hias Perahu, terdapat pada semua sampel nekara yang ditemukan di Nusantara. Ditemukannnya nekara di Pulau Gorom, menegaskan bahwa wilayah ini telah membangun kontak budaya dengan masyarakat luar jauh sebelum abad masehi. Bukti lainnya adalah ditemukannya beberapa data manik-manik yang pada masa lampau juga merupakan barang yang diperdagangkan antar negara. Manik-manik merupakan produk budaya masa prasejarah, utamanya sejak masa bercocok tanam dan masa perundagian yang selevel dengan masa megalitik.
Pelayaran dan Perdagangan International Masa Perkembangan Kerajaan Islam
Masa perdagangan dan perkembangan zaman Islam, merupakan salah satu puncak kebudayaan, dimana pada masa itu hubungan antara negara di berbagai belahan dunia semakin terbuka. Adalah wilayah kepulauan Maluku, menjadi tujuan utama para pedagang Arab, Persia, Gujarat dan tentu saja China yang terkenal sebagai bangsa yang ulet dan tekun dalam usaha perdagangan. Maluku, adalah tempat yang menyediakan komoditi yang menggiurkan seluruh dunia. Maluku surganya rempah-rempah, karena di wilayah inilah sumber cengkeh dan pala, komoditi yang paling dicari oleh bangsa-bangsa didunia. Gelombang kedatangan para pedagang Arab, Persia, Gujarat, dan China, bahkan juga Jawa dan Sumatra telah menciptakan interaksi kultural antara masyarakat dari luar dengan penduduk setempat di wilayah Maluku.
Selain itu juga terdapat kerajaan-kerajaan Islam yang lain di Maluku tengah misalnya (Kerajaan Iha) di pulau Saparua. Sehingga dalam sejarah Indonesia dan sejarah Maluku secara khusus pengaruh penyebaran ajaran Islam turut memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan oleh melalui pedagang Islam maka terbentuk pola-pola pemukiman baru dan pusat-pusat perdagangan di nusantara selain itu pengaruh Islam juga merubah kultur masyarakat setempat. Pengaruh Islam dalam babakan sejarah Indonesia memberikan perubahan yang sangat besar dimana melalui interaksi perdagangan dan ajaran Islam masyarakat mengenal tulisan dalam ejaan-ejaan Arab dan melayu kuno.
Banda merupakan salah satu kota dagang yang mendapat perhatian penting oleh pedagang-pedagang Islam karena hasil alamnya yang kaya dengan Pala.
Pelayaran dan Perdagangan International Masa Kolonialisasi Eropa
Julukan paling Julukan paling populer Maluku adalah The Spice Island, Pulau Rempah-rempah. Sejak dulu, Maluku dikenal sebagai dunia pusat penghasil rempah-rempah. Semerbak harum cengkeh dan pala, telah membius banyak negara untuk menemukan sumbernya. Adalah Portugis, adalah bangsa asing pertama yang rela menempuh bahaya itu demi mencapai Kepulauan Maluku. Hingga detik ini, kekayaan rempah Maluku merupakan daya tarik wilayah ini. Bangsa Eropa berusaha memperoleh rempah-rempah langsung dari tangan pertama. Dimulai oleh Portugis pada tahun 1511, yang kemudian berhasil menguasai pusat perdagangan di Selat Malaka. Dan pada tahun berikutnya, kapal-kapal Portugis telah tiba di bandar-bandar Maluku. Sejarah mencatat, Tahun 1596, penjelajahan Bangsa Eropa pertama dipimpin Cornelis de Houtman masuk ke Nusantara. Ekspedisi ini sekaligus menjadi titik awal rentang panjang sejarah kolonisasi Eropa di Nusantara. Mulai dari Portugis hingga Belanda.
Dalam sejarah Nusantara, pengaruh Kolonial di Maluku, telah sangat dikenal. Hal ini karena lamanya pihak Kolonial bercokol di bumi rempah-rempah ini (hampir empat abad). Maluku dikenal sebagai wilayah yang memiliki sejarah panjang dalam konteks kolonisasi Eropa di Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat saat inipun, pengaruh budaya kolonial terutama Belanda, masih sangat kental. Bahkan di bidang bahasapun juga dapat diidentifikasi bentuk pengaruhnya. Benteng-benteng Kolonial, tersebar pada hampir seluruh wilayah di kepulauan Maluku.
Begitu pula gedung perkantoran, jaringan jalan dan monumen-monumen. Pendek kata wajah kota di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, merupakan citra budaya kolonial.
Pelayaran dan Perdagangan International Masa Kini
Dalam skala perdagangan nusantara, pasokan cengkeh dan pala dari wilayah Maluku mengisi kebutuhan cengkeh dan pala dari beberapa daerah di wilayah Nusantara, meskipun cengkeh dan pala bukan lagi monopoli wilayah Maluku. Sumberdaya alam lainnya juga telah diolah lebih maju. Mutiara, adalah produk eksport dari sumberdaya maritim yang sejak masa lampau, mungkin ratusan bahkan ribuan tahun lalu telah dikenal, dan hingga kini masih bertahan bahan lebih dikembangkan lagi. Oleh karena itu Maluku tidak hanya dikenal sebagai pengasil cengkeh dan pala, tetapi juga penghasil mutiara. Sumberdaya maritim lainnya yang kini menjadi primadona pula adalah kerang laut. Berbagai sumber dari kerang, diantaranya diolah menjadi industri rumah tangga (home industri) yang cukup dikenal dan maju. Industri kerajinan dari kulit kerang di Maluku, khususnya di Kota Ambon, tercatat sebagai salah satu home industri yang dikenal di seluruh wilayah Nusantara. Produk khas lainnya adalah minyak kayu putih, yang tidak hanya memasok kebutuhan untuk skala nasional, tetapi juga sebagai produk eksport yang diperhitungkan.
Penutup
Wilayah Kepulauan Maluku, sejak masa prasejatrah ribuan tahun lalu, telah menjadi wilayah strategis dengan sumberdaya alamnya telah menciptakan tatanan global, dimana hubungan kultural diantara berbagai bangsa bertemu. Melalui perantara pelayaran dan perdagangan international, dapat dikatakan Maluku telah menancapkan dasar-dasar relasi kultural,menciptakan tatanan baru peradaban manusia yang berdimensi, sosial, ekonomi, budaya, politik bahkan religi. Patutlah dicatat, Maluku sebagai wilayah Nusantara yang menguhubungkan dunia Indonesia dengan dunia luar. Maluku adalah jembatan globalisasi sejak ribuan tahun lalu.Akar-akar budaya globalisasi, sesungguhnya telah tertanam di bumi Maluku, sejak masa prasejarah.Sumber : http://arkeomaluku.com/index.php?action=news.detail&id_news=11
0 komentar