Kenapa Rempah Rempah Lebih berharga dari Emas di Jaman Dulu?

06.36

“Tidak pernah ada seorang raja yang memiliki hamba seperti itu”. Raja Henry V tentang walikota London yang membakar kwitansi hutang raja ke dalam api unggun yang dinyalakan dengan kayu manis dan cengkeh Image Hosted by ImageShack.us 

Sekarang kita tidak dapat memahami apa sebenarnya andil rempah-rempah dalam kehidupan manusia di jaman kuno dan abad pertengahan. Agar dapat memahaminya, setidaknya kita harus membandingkan dan menemukan analognya di masa kini, tapi analog semacam itu di jaman kita tidak ada. 
Rempah-rempah memanggil para dewa dan mengusir para iblis, menyembuhkan penyakit serta mencegah epidemi, bekerja jauh lebih efektif dibanding emas, sebagai alat pembayaran dan bahkan menjadi alat pembayaran internasional. Dan tentunya dijadikan juga sebagai alat sogok: Racine dan Moliere pernah menertawakan para hakim Perancis karena pernah disogok dengan rempah-rempah. 
Ngomong-ngomong, apakah Anda tahu gelar lengkap raja Jacob I dari Inggris (1566-1625)? “Raja Inggris, Skotlandia, Irlandia, Perancis, Puloway dan Puloroon”! (Pulo disini maksudnya pulau, Ai dan Run, adalah dua pulau yang sangat kecil di perairan Banda, Maluku, pulau ini pernah berhasil dikuasai Inggris dalam masa yang singkat pada abad XVI). 
Image Hosted by ImageShack.us 


Oya ada cerita yang berhubungan dengan pulau Run, yang menurut saya adalah salah satu lelucon sejarah yang paling lucu. Setelah mulainya perang Inggris-Belanda yang kedua, armada Belanda mengalahkan orang-orang Inggris, dan setelah menyerang Temza mereka mengancam London, sehingga Inggris pada 31 Juli 1667 harus menandatangani perjanjian Breda yang sangat menghinakan Inggris. Belanda menguasai pulau Run yang ditaklukan pada waktu itu (juga Suriname di Amerika Selatan). Agar tidak nampak jelas seperti perampokan, mereka memberikan penggantinya untuk London – New Amsterdam di Amerika. Sekarang pulau Manhattan…
Rempah-rampah dulu adalah IMPIAN. Salah satu bait puisi Irlandia abad XIII yang berjudul The Land of Cockayne, mengatakan bahwa disana ke dalam mulut orang-orang dengan sendirinya beterbangan burung kutilang yang sudah dimasak, yang ditaburi dengan cengkeh dan kayu manis…


Lucukah? Kalau iya, sebenarnya seperti itu juga Peter Damian (1007 - 1072, uskup dan dokter gereja asal Italia melukiskan Surga: “Sungai madu mengalir, mengeluarkan bau rempah-rempah dan wangi anggur”…
Bagaimana menurut Anda? Untuk apa Columbus membawa penerjemah bahasa Hebrew-Spanyol dalam ekspedisinya? Dia yakin (karena buku-buku di perpustakaannya menjelaskan demikian) bahwa dia akan berlayar di atas tanah menuju Surga...
Image Hosted by ImageShack.us

Namun, pemujaan terhadap rempah-rempah sudah dimulai jauh sebelum lahirnya Yesus. Uskup Palladius pada pertengahan abad IV menulis bahwa pernah diterima dari Cretans resep tentang pembuatan anggur yang ditaburi dengan rempah-rempah yang mana menurut mereka, resep itu mereka terima dari seorang bijak dari Delphi pada jaman mereka.
Dan berapa kali coba alkitab menyebutkan soal rempah-rempah! Baca lagi injil Lukas dan Yohanes yang menceritakan tentang bagaimana tubuh Yesus diturunkan dari tiang salib…
Ngomong-ngomong, surat al-insan dalam Al-quran juga menyebutkan soal rempah-rempah “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi anggur) yang campurannya adalah air kafur (air jahe)”. Al Tabari, seorang ulama besar pernah menulis bahwa ketika terusir dari Surga Adam menangis karena sesal, air matanya menjelma menjadi batu permata dan rempah-rempah. Batu permata dan rempah-rempah itu menjadi pelipur hati bagi umat manusia setelah turunnya Adam dari Surga.
Image Hosted by ImageShack.us

Namun, itu baru setelah masa-masa selanjutnya.... Tahukah Anda nama dewa utama orang Phoenician Vaal-Ammon jika diterjemahkan adalah “Pemilik Altar wangi”...
Pendeknya, dahulu rempah-rempah itu bersifat ketuhanan. Rempah-rempah tidak hanya disamakan dengan nectar dan ambrosia, tapi juga sangat sering dianggap sebagai nectar dan ambrosia.
Dan itu terlepas dari namanya yang terkesan biasa! Kan ciri-ciri bunga kering yang tidak mekar yang tumbuh pada pohon kecil yang selalu hijau (tingginya jarang lebih dari 12 meter) Syzygium aromaticum (alias Eugenia caryophyllata) ini diasosiasikan dengan “paku”, tidak hanya dalam bahasa Rusia, tapi juga dalam bahasa Cina (“paku wangi” – ting-hiang). Serta dalam bahasa Inggris dan Perancis padanannya (clove/clou) disadur dari bahasa Latin, yaitu clovus yang bermakna sama- paku.
Image Hosted by ImageShack.us

Tapi wanginya! Sebelum pelayaran laut jadi tidak diminati oleh karena kapal-kapal yang bau, para pelaut berpengalaman diyakinkan bahwa mereka akan merasakan dekat ke “kepulauan rempah-rempah” jauh sebelum kepulauan itu nampak di horizon – dari baunya…
Image Hosted by ImageShack.us

Dan jauh setelahnya – pada abad pertengahan – ekstrak cengkeh dan kayu manis digunakan untuk mengurangi rasa sakit penderita pes (ngomong-ngomong, tentang penggunaan cengkeh dan lada sebagai obat-obatan pernah ditulis oleh Bede (sekitar 673-735), dia orang yang patut dimuliakan atas jasanya). Walaupun, disini dia hanya sebagai penerus orang yang punya wewenang, Galen salah satu dokter dan ahli purbakala terkenal yang hidup pada abad II M.
Image Hosted by ImageShack.us

Dan dimasa-masa selanjutnya biarawan Fransiskan Roger Bacon (1220-1292) menyarankan campuran yang terdiri dari ular tedung yang digiling dan dikeringkan, cengkeh, pala dan bunga pala sebagai ramuan anti tua.
Pengertian tentang makna “rempah-rempah” dan “obat-obatan” begitu identiknya, sehingga dalam bahasa Italia hingga sekarang kata speziale menjadi salah satu sebutan untuk ahli farmasi.
Ngomong-ngomong, bagi saya entah mengapa orang Romawi kuno umumnya lebih menarik dari orang Yunani. Mungkin karena berdasarkan keterangan ahli sejarah bahwa mereka memiliki kebiasaan setiap pagi memberikan sesaji wewangian dan rangkaian bunga kepada Lares dan Penates yang menjaga perapian di rumah mereka, seperti juga tradisi di Bali saat ini.
Image Hosted by ImageShack.us

Tahu tidak pada tahun berapa saya, secara pribadi, menandai berakhirnya “era rempah-rempah” dalam sejarah manusia? Tahun 1937. Pada tahun itu Raja Inggris untuk terakhir kalinya menerima sewa berupa seratus shilling dan satu pon lada hitam dari walikota Lauceston yang merupakan sebuah kota kecil Cornish.

dan maluku yang dikatakan Maluku sebagai Sumber rempah rempah,
Maluku memiliki nama asli “Jazirah al-Mulk” yang artinya kumpulan/semenanjung kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Orang Belanda menyebutnya sebagai ‘the three golden from the east’ (tiga emas dari timur) yakni Ternate, Banda dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan tabib Portugis, Tome Pirez menulis buku ‘Summa Oriental’ yang telah melukiskan tentang Ternate, Ambon dan Banda sebagai ‘the spices island’.
Pada masa lalu wilayah Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi. Pohonnya sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai Spice Islands.
Pada 4000 tahun lalu di kerajaan Mesir, Fir’aun dinasti ke-12, Sesoteris III. Lewat data arkeolog mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan, gading, dari daratan misterius tempat “Punt” berasal. Meski dukungan arkeologis sangat kurang, negeri “Punt” dapat diidentifikasi setelah Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi benda seperti cengkih di Efrat tengah. Pada masa 1.700 SM itu, cengkih hanya terdapat di kepulauan Maluku, Indonesia. Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas.
Selain cengkeh, rempah-rempah asal Maluku adalah buah Pala. Buah Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting pada masa Romawi. Melihat mahalnya harga rempah-rempah waktu itu banyak orang Eropa kemudian mencari Kepulauan rempah-rempah ini. Sesungguhnya yang dicari Christoper Columbus ke arah barat adalah jalan menuju Kepulauan Maluku, ‘The Island of Spices’ (Pulau Rempah-rempah), meskipun pada akhirnya Ia justru menemukan benua baru bernama Amerika. Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku.
Kini sebenarnya Maluku bisa kembali berjaya dengan hasil pertaniannya jika terus dikembangkan dengan baik. Maluku bisa kaya raya dengan hasil bumi dan lautnya.

You Might Also Like

0 komentar